Anak Sekecil Itu... Masya ALLAH...
Beberapa hari ini banyak
kasus pelajar yang amoral heboh diberitakan media massa. Mirisnya bukan
hanya seumuran anak sma atau kuliahan saja yang sudah bejat akhlaqnya
namun anak bau kencur seumuran smp bahkan sd sudah berani berbuat
tindakan tidak terpuji mulai dari berzina sampai membunuh. naudzubilLAH
Tsumma naudzubilLAHi min Dzalik.
Namun kini saya tidak akan
mengangkat kembali kisah tragis tsb dlm postingan ini. Disini saya akan
menceritakan pengalaman menarik dari teman seperjuangan saya di jamaah
tabligh yg amat sangat mengesankan. Kisah ini tentang seorang anak kecil
kelas 2 sd yang terdidik dengan baik sehingga patut menjadi contoh buat
kita dalam mendidik anak.
Mari kita simak kisah kasih seorang bocah kpd nenek2 tua renta:
Sesudah
jumatan aku masih duduk di teras mesjid di salah satu kompleks sekolah.
Jamaah mesjid sudah sepi, bubar masing-masing dengan kesibukannya.
Seorang
nenek tua menawarkan dagangannya, kue traditional. Satu plastik
harganya lima ribu rupiah. Aku sebetulnya tidak berminat, tetapi karena
kasihan aku beli satu plastik.
Si nenek penjual kue terlihat
letih dan duduk di teras mesjid tak jauh dariku. Kulihat masih banyak
dagangannya. Tak lama kulihat seorang anak lelaki dari komplek sekolah
itu mendatangi si nenek. Aku perkirakan bocah itu baru murid kelas satu
atau dua.
Dialognya dengan si nenek jelas terdengar dari tempat aku duduk.
“Berapa harganya Nek?”
“Satu plastik kue Lima ribu, nak”, jawab si nenek.
Anak kecil itu mengeluarkan uang lima puluh ribuan dari kantongnya dan berkata :
“Saya beli 10 plastik, ini uangnya, tapi buat Nenek aja kuenya kan bisa dijual lagi.”
Si nenek jelas sekali terlihat berbinar2 matanya :
“Ya
Allah terima ksh bnyk Nak. Alhamdulillah ya Allah kabulkan doa saya utk
beli obat cucu yg lagi sakit.” Si nenek langsung jalan.
Refleks aku panggil anak lelaki itu.
“Siapa namamu ? Kelas berapa?”
“Nama saya Radit, kelas 2, pak”, jawabnya sopan.
“Uang jajan kamu sehari lima puluh ribu?'”
”
Oh .. tidak Pak, saya dikasih uang jajan sama papa sepuluh ribu sehari.
Tapi saya tidak pernah jajan, karena saya juga bawa bekal makanan dari
rumah.”
“Jadi yang kamu kasih ke nenek tadi tabungan uang jajan kamu sejak hari senin?”, tanyaku semakin tertarik.
“Betul
Pak, jadi setiap jumat saya bisa sedekah Lima puluh ribu rupiah. Dan
sesudah itu saya selalu berdoa agar Allah berikan pahalanya untuk ibu
saya yang sudah meninggal. Saya pernah mendengar ceramah ada seorang ibu
yang Allah ampuni dan selamatkan dari api neraka karena anaknya
bersedekah sepotong roti, Pak”, anak SD itu berbicara dengan fasihnya.
Aku pegang bahu anak itu :
” Sejak kapan ibumu meninggal, Radit?”
“Ketika saya masih TK, pak”
Tak terasa air mataku menetes :
“Hatimu
jauh lebih mulia dari aku Radit, ini aku ganti uang kamu yg Lima puluh
ribu tadi ya…”, kataku sambil menyerahkan selembar uang lima puluh
ribuan ke tangannya.
Tapi dengan sopan Radit menolaknya dan berkata :
“Terima
kasih banyak, Pak… Tapi untuk keperluan bapak aja, saya masih anak
kecil tidak punya tanggungan… Tapi bapa punya keluarga…. Saya pamit
balik ke kelas Pak”.
Radit menyalami tanganku dan menciumnya.
“Allah menjagamu, nak ..”, jawabku lirih.
Aku
pun beranjak pergi, tidak jauh dari situ kulihat si nenek penjual kue
ada di sebuah apotik. Bergegas aku kesana, kulihat si nenek akan
membayar obat yang dibelinya.
Aku bertanya kepada kasir berapa harga obatnya. Kasir menjawab : ” Empat puluh ribu rupiah..”
Aku serahkan uang yang ditolak anak tadi ke kasir : ” Ini saya yang bayar… Kembaliannya berikan kepada si nenek ini..”
“Ya Allah.. Pak…”
Belum
sempat si nenek berterima kasih, aku sudah bergegas meninggalkan
apotik… Aku bergegas menuju Pandeglang menyusul teman-teman yang sedang
keliling dakwah disana.
Dalam hati aku berdoa semoga Allah
terima sedekahku dan ampuni kedua orang tuaku serta putri tercintaku
yang sudah pergi mendahuluiku kembali kepada Allah.
Sahabat ada
kalanya seorang anak lebih jujur drpd orang dewasa, ajarkanlah anak2
kita dari sejak dini, tindakan nyata bukan cuma teori semata...
Sesungguhnya
seluruh anak kecil itu terlahir dalam keadaan fitrah, suci hatinya
& jernih pikiran'y. Maka kini jika anak2 kecil sudah mulai keluar
dari hakikat'y sbg seorang bocah yg semustinya masih lugu & polos,
kitalah para orangtua yang seharusnya banyak2 mengintropeksi diri kita
sbg orangtua!!!
Sudahkah kita mencontohkan suri tauladan yang baik kpd anak2 kita???
Sudahkah kita menanamkan ilmu aqidah & akhlaq trhdp anak2 kita???
Sudahkah kita mengawasi mainan & teman bermain anak2 kita???
Atau minimal,,,
Sudahkah kita menyapa anak2 kita selama ini???
Sudahkah???
Pantas
saja anak2 kecil itu berlari, berontak, berkelit dari hakikatnya sbg
anak kecil karen mereka selama ini tidak diperlakukan sebagai seorang anak
oleh kedua orangtuanya...
Belum ada tanggapan untuk "Sedekah Sang Boca Kecil"
Posting Komentar